Renungan Ketika Semua Berantakan

Renungan Harian
Bacaan: Habakuk 1:2-4
Setahun: Markus 14-16

Ketika

Semua Berantakan
Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong? (Habakuk 1:2)

Penggalan lirik lagu Bimbo berbunyi, "Aku jauh, Engkau jauh. Aku dekat, Engkau dekat." Atau, lirik lagu yang dipopulerkan Nikita, "Dia hanya sejauh doa." Para lirikus, juga filsuf, tampaknya sering digelisahkan oleh kehadiran Tuhan. Kapankah kehadiran Tuhan menjadi persoalan bagi manusia? Ketika Dia terasa begitu jauh. Lalu, kapankah Dia terasa begitu jauh? Ketika semua hal dalam hidup kita berantakan.

Nabi Habakuk menyaksikan hal-hal yang membuatnya putus asa ketika bangsa Yehuda berubah setia kepada Tuhan. Habakuk sudah berseru kepada Tuhan lewat doa-doanya agar Tuhan bertindak mengganjar kelaliman bangsa itu, tapi Tuhan sepertinya terdiam; walaupun pada akhirnya Tuhan bertindak menghukum bangsa Yehuda dengan penyerbuan orang Kasdim (lih. Hab 1:5-11).

Tindakan Tuhan membuat Habakuk resah, dan lewat ilham Roh Kudus, muncullah kata-katanya yang terus bergema sepanjang sejarah: "orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya" (Hab 2:4)-orang benar akan hidup oleh iman. Di bagian akhir kitab Habakuk kita bisa membaca, ia menemukan alasan untuk tetap bersyukur (bdk. Hab 3:17-18) meskipun segala sesuatu yang ia doakan tak lekas dijawab Tuhan. Ia setia menunggu, meyakini bahwa Tuhan tak pernah diam untuk segala ketidakadilan yang disaksikannya. Sangat mudah kehilangan kepercayaan ketika harapan dan impian kita tak segera mewujud nyata. Namun, iman sejati mewujud dalam hati yang bersukacita, menanti, dan percaya, bahwa rencana dan tindakan Tuhan selalu mendatangkan kebaikan. --SN/www.renunganharian.net

KEBENARAN LAHIR DARI SERANGKAIAN UJIAN; DAN KALAU KEBENARAN
DITENTUKAN DARI IMAN, MAKA IMAN ITU PUN HARUS DIUJI.

Comments

Popular Posts