Renungan Jumat Agung
Memahami Keagungan Kristus
Markus 15:33-41
Hari ini kita memperingati Jumat Agung, hari mengenang pengurbanan Yesus di Kalvari demi menebus dosa seluruh umat manusia sebagai wujud kasih Allah.
Perhatikan keagungan Kristus saat kegelapan yang pekat terjadi selama tiga jam pada siang hari. Pada jam dua belas siang seharusnya matahari bersinar paling terang, namun yang terjadi adalah kegelapan total meliputi seluruh daerah itu (33; bdk. Am 8:9). Hal itu menandakan bahwa kematian Yesus bukan peristiwa biasa karena orang benar dikorbankan. Dengan demikian, nubuat Amos terpenuhi. Bukan kegelapan biasa karena fenomena alam terjadi mengiringi penyaliban Yesus. Para persekutor melakukan segala daya upaya untuk memadamkan Terang Kebenaran, yang segera akan terbit kembali. Kegelapan ini hanya bersifat sementara.
Walaupun beban ditanggung oleh Kristus di kayu salib, tetapi dengan rela Ia memikulnya sampai akhir hidupnya. Seruan Yesus: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (34) menyatakan bahwa dosa manusia telah ditanggungkan ke atas pundak-Nya.
Saat Yesus menyerahkan nyawa-Nya, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah (38). Peristiwa ini melambangkan karya Yesus membuka tabir pendamaian antara Allah dan manusia. Inilah keagungan Yesus bahwa pengurbanan-Nya tidak sia-sia. Kurban pendamaian telah dipersembahkan dan pintu pengampunan telah dibuka.
Hendaknya kita kagum akan perkataan kepala pasukan Romawi: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!" (39). Dia telah mengamati dengan saksama penderitaan dan kematian Yesus dari dekat. Tentu ia melihat keagungan Yesus, sehingga spontan mengaku: "Ia Anak Allah!"
Bagaimana dengan kita sebagai orang percaya? Apa yang kita lihat dan maknai dari pengurbanan Kristus? Satu hal yang pasti, kita menerima anugerah Allah yang besar dari kematian Yesus. Sungguh agung dan tak terkira kasih Allah kepada manusia berdosa seperti kita. [SPS]
Markus 15:33-41
Hari ini kita memperingati Jumat Agung, hari mengenang pengurbanan Yesus di Kalvari demi menebus dosa seluruh umat manusia sebagai wujud kasih Allah.
Perhatikan keagungan Kristus saat kegelapan yang pekat terjadi selama tiga jam pada siang hari. Pada jam dua belas siang seharusnya matahari bersinar paling terang, namun yang terjadi adalah kegelapan total meliputi seluruh daerah itu (33; bdk. Am 8:9). Hal itu menandakan bahwa kematian Yesus bukan peristiwa biasa karena orang benar dikorbankan. Dengan demikian, nubuat Amos terpenuhi. Bukan kegelapan biasa karena fenomena alam terjadi mengiringi penyaliban Yesus. Para persekutor melakukan segala daya upaya untuk memadamkan Terang Kebenaran, yang segera akan terbit kembali. Kegelapan ini hanya bersifat sementara.
Walaupun beban ditanggung oleh Kristus di kayu salib, tetapi dengan rela Ia memikulnya sampai akhir hidupnya. Seruan Yesus: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (34) menyatakan bahwa dosa manusia telah ditanggungkan ke atas pundak-Nya.
Saat Yesus menyerahkan nyawa-Nya, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah (38). Peristiwa ini melambangkan karya Yesus membuka tabir pendamaian antara Allah dan manusia. Inilah keagungan Yesus bahwa pengurbanan-Nya tidak sia-sia. Kurban pendamaian telah dipersembahkan dan pintu pengampunan telah dibuka.
Hendaknya kita kagum akan perkataan kepala pasukan Romawi: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!" (39). Dia telah mengamati dengan saksama penderitaan dan kematian Yesus dari dekat. Tentu ia melihat keagungan Yesus, sehingga spontan mengaku: "Ia Anak Allah!"
Bagaimana dengan kita sebagai orang percaya? Apa yang kita lihat dan maknai dari pengurbanan Kristus? Satu hal yang pasti, kita menerima anugerah Allah yang besar dari kematian Yesus. Sungguh agung dan tak terkira kasih Allah kepada manusia berdosa seperti kita. [SPS]
Comments
Post a Comment