RENUNGAN HARIAN SUKACITA ILLAHI

SUKACITA ILLAHI 
BY PS. Sammy Lapudooh
Kisah Para Rasul 14:8-20

Sukacita sejati datang dari dalam hati dan tidak selalu bergantung kepada keadaan lahiriah. Kita sering harus menghadapi banyak kesukaran dalam hidup, bukan karena suatu kesalahan yang kita lakukan, namun justru karena kita melakukan kebenaran. Kisah Paulus dan Barnabas dalam bacaan hari ini adalah tentang kesukaran hebat yang harus mereka alami karena mereka memberitakan kebenaran dan menjaga integritas mereka di tengah dunia yang jahat.

Paulus dan Barnabas pergi ke Listra dan memberitakan injil di sana. Di sana Paulus menyembuhkan seorang yang lumpuh. Akibatnya mereka dipuja dan mau disembah sebagai Zeus dan Hermes, dewa-dewa utama orang Yunani di masa itu. Akan tetapi, lihat reaksi mereka. Mendengar itu Barnabas dan Paulus mengoyakkan pakaian mereka, lalu terjun ke tengah-tengah orang banyak itu sambil berseru: " Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya ." (14:14-15)

Paulus dan Barnabas menolak puja-puji dan sembah orang-orang Yunani itu. Cerita selanjutnya berubah dengan dramatis. Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati . (14:19)

Rasul Paulus berjasa besar bagi pemberitaan Injil di masa gereja mula-mula. Dari cerita ini kita bisa belajar satu hal yang sangat penting dari dirinya. Sukacita bagi Paulus bukan tergantung pada keadaan lahiriahnya. (Bahkan dia disebut bukanlah seorang yang menarik untuk dilihat secara fisik pun.) Sukacita Paulus adalah ketika dia dapat memberitakan Injil dan menghidupi Injil itu secara nyata. Dia tidak goyah oleh karena penderitaan dan aniaya fisik, namun dia juga tidak tergiur oleh puja-puji dan sembah manusia.

Apakah yang menjadi sumber sukacita kita? Apakah yang kita cari ketika kita menyebut diri kita ‘melayani Tuhan’? Biarlah hati kita dipenuhi dengan sukacita illahi, yang menguatkan kita di kala susah, dan menjaga kita di kala godaan duniawi datang.

TUHAN terima kasih karena memberikan seorang teladan seperti Rasul Paulus. Apapun keadaan lahiriah kami, biarlah hati kami tetap penuh dengan sukacita yang berasal dari-Mu

Follow Our Instagram: @f
irststart_renungan

Comments

Popular Posts