Renungan Harian: Memikul Salib Yesus

Memikul Salib Yesus


Lukas 23 : 26

Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus.

T

ahukah Anda, bahwa satu-satunya orang yang menolong Yesus sepanjang sengsara-Nya, mulai dari taman Getsemani sampai saat Dia mati di atas kayu salib, hanya Simon dari Kirene?

Saya memikirkan hati Simon Kirene ini. Mungkin awalnya bukan karena dia mau, tapi dipaksa oleh prajurit-prajurit untuk memikul salib Yesus karena Yesus sudah tidak kuat lagi memikulnya. Namun, ketika dia mulai berjalan dengan memikul salib Yesus itu, saya yakin bahwa di dalam hatinya mulai lenyap hati yang mengeluh. Pikiran bahwa betapa sial nasibnya, dipilih untuk melakukan hal itu, mulai hilang. Satu langkah demi satu langkah ketika dia melanjutkan perjalanan menuju bukit Golgota, dia merasa senang dan bersyukur karena boleh melakukannya. Jika tidak diberi kesempatan dengan cara yang aneh seperti ini, dia juga hanya akan menjadi salah satu orang yang melihat-lihat saja dengan segala kecurigaan. Tetapi, sekarang ketika ia memikul salib Anak Allah yang tidak bersalah, dia bisa merasakan bahwa orang ini benar-benar tidak bersalah, orang ini benar-benar berasal dari Allah. Ketika tiba di bukit Golgota, di tempat eksekusi, salibnya diambil darinya dan kembali diberikan kepada Yesus supaya di atas kayu salib itu Dia dipakukan.

Sekalipun Simon kurang berani dipakukan sebagai ganti Yesus di atas kayu salib itu, tetapi dengan apa yang telah Simon lakukan pun Yesus pasti menyampaikan rasa terima kasih lewat sinar mata-Nya yang hangat.

            Rasul Paulus pun dalam sepanjang hidupnya mau melakukan hal yang sama, yaitu mau memikul salib yang masih ditinggalkan oleh Yesus di dunia ini. Di suratnya kepada jemaat Kolose ia menulis: “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.” (Kol 1:24)

            Bagaimana dengan Anda, apakah Anda tidak mau menjadi seorang Simon yang memikul salib Yesus, dan seorang Paulus yang menggenapkan penderitaan Kristus yang masih kurang di dalam tubuh Anda?

 

Refleksi: Terima kasih Bapa jika aku dipilih untuk memikul salib Yesus.

Comments

Popular Posts